PwC Mendorong Adopsi Blockchain di Negara Berkembang

PricewaterhouseCoopers (PwC) telah menguraikan perlunya teknologi blockchain untuk memerangi masalah inklusi keuangan yang sedang berlangsung, yang akan semakin besar seiring berjalannya waktu.

“Inklusi keuangan masih menjadi tantangan global yang signifikan, dengan lebih dari 1.4 miliar orang tidak memiliki akses terhadap rekening atau layanan keuangan penting,” kata laporan tersebut.

PwC Champion Blockchain untuk Akses Finansial yang Lebih Luas

Laporan terbaru dari PwC menyoroti pertumbuhan substansial dalam layanan inovatif dalam jaringan blockchain. PwC mencatat bahwa hal ini memainkan peran penting dalam mendorong inklusi keuangan.

Salah satu peran yang dicatat, khususnya, adalah lonjakan stablecoin:

“Hampir 200 stablecoin berbeda tersedia saat ini, menawarkan kepada pengguna stabilitas berbagai mata uang fiat tradisional sambil mempertahankan manfaat aset digital. Stablecoin terbesar dipatok ke dolar AS.”

Hal ini menekankan pentingnya menawarkan alternatif karena banyak individu di negara-negara berkembang menghadapi keterbatasan akses terhadap lembaga keuangan konvensional.

Jumlah Masyarakat dan Persentase Masyarakat yang Belum Memanfaatkan Jasa Keuangan. Sumber: PwC
Jumlah Masyarakat dan Persentase Masyarakat yang Belum Memanfaatkan Jasa Keuangan. Sumber: PwC

Selain itu, PwC menegaskan bahwa sekitar 3.55 miliar orang di negara berkembang tidak pernah berpartisipasi dalam menabung.

Namun, PwC menyoroti kemunculan platform kripto yang saat ini memfasilitasi pembuatan dompet digital di jaringan blockchain, memungkinkan pengguna menyimpan stablecoin dan menghasilkan hasil.

Hal ini memberikan alternatif bagi individu yang tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan konvensional.

Negara Berkembang Mendukung CBDC

Selain itu, 43% individu di negara berkembang belum pernah melakukan pembayaran online.

Sementara itu, survei CFA Institute baru-baru ini mengungkapkan bahwa mata uang digital bank sentral (CBDC) semakin mendapat daya tarik di negara-negara berkembang.

Di negara maju, hanya 37% responden yang menunjukkan preferensi terhadap CBDC, sementara di negara berkembang, angkanya meningkat menjadi 61%.

Di sisi lain, BeInCrypto baru-baru ini melaporkan bahwa 130 negara, yang mencakup 98% ekonomi global, secara aktif menjajaki penerapan CBDC. Selain itu, sebagian besar negara G20 secara agresif memajukan rencana mereka untuk memperkenalkan CBDC di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, di India terdapat ribuan pelanggan dan pedagang yang mendaftar dalam uji coba CBDC di negara tersebut. Inisiatif e-rupee secara aktif menjajaki kelayakan alternatif uang tunai digital.

Dilaporkan, total lebih dari 20 negara secara aktif berupaya memulai program percontohan CBDC tahun ini.

Penolakan tanggung jawab

Sesuai dengan pedoman Proyek Kepercayaan, BeInCrypto berkomitmen untuk pelaporan yang tidak bias dan transparan. Artikel berita ini bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Namun, pembaca disarankan untuk memverifikasi fakta secara independen dan berkonsultasi dengan profesional sebelum membuat keputusan apa pun berdasarkan konten ini.

Sumber: https://beincrypto.com/pwc-blockchain-developing-countries/