Tingkatkan Kesehatan Mental Dengan Budaya Bersyukur

Pekerjaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan mental. Berdasarkan segala hal mulai dari tugas dan tanggung jawab hingga hubungan dengan pemimpin dan kolega, pekerjaan membuat perbedaan dalam perasaan orang secara fisik, kognitif, dan emosional.

Anda dapat meningkatkan kesehatan mental Anda sendiri dan perusahaan Anda juga dapat berperan dengan memastikan Anda memiliki tujuan, bekerja sebaik mungkin, dan mencari peluang untuk berkembang. Namun cara lain untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan mental adalah melalui sesuatu yang tidak terduga: rasa syukur.

Anda dapat memupuk rasa syukur untuk diri sendiri, dan organisasi dapat memupuk budaya rasa syukur—dan ini akan berdampak positif bagi orang-orang maupun bisnis.

Syukur dapat didefinisikan secara luas dalam beberapa cara berbeda. Anda dapat menganggapnya sebagai keseluruhan sikap penghargaan atau cara hidup—fokus pada hal-hal positif dalam hidup. Syukur juga merupakan emosi—ketika Anda merasa bersyukur atas suatu situasi atau terhadap seseorang atas sesuatu yang telah mereka lakukan, misalnya. Dan rasa terima kasih juga merupakan ekspresi—ketika Anda menunjukkan sikap atau perasaan Anda melalui tindakan dan hal-hal yang Anda katakan atau lakukan.

Baik untuk Bisnis

Mungkin yang mengejutkan, rasa terima kasih membuat perbedaan dalam metrik yang paling penting dalam bisnis. Misalnya, perusahaan yang sengaja mengungkapkan penghargaan menemukan karyawan 134% lebih bersedia untuk tetap bersama perusahaan mereka daripada pergi untuk kenaikan gaji 10%. Selain itu, perusahaan dengan fokus ini mengalami peningkatan sebesar 186% dalam skor promotor bersih karyawan (ukuran kepuasan dan loyalitas karyawan). Semua ini didasarkan pada studi terhadap sekitar 100,000 karyawan yang dilakukan oleh Motivasi.

Bagus untuk Kesehatan Mental

Namun di luar keuntungan bisnis, ada juga efek kuat pada kesehatan mental—dalam berbagai cara dan untuk banyak alasan yang telah dibuktikan oleh sains.

#1 – Syukur Menghubungkan Anda dengan Orang Lain

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Tinjauan Komunikasi menemukan rasa syukur memiliki dampak positif pada keadaan mental dan emosional dan kesehatan fisik juga. Dan itu cenderung memprediksi perilaku pro-sosial seperti membantu orang lain.

Dalam studi Motivasi, ketika orang bekerja di lingkungan yang berpusat pada rasa syukur, mereka melaporkan peningkatan 102% dalam hubungan kerja yang positif—ini seperti yang disurvei selama lima tahun. Selain itu, ketika orang mendengar seseorang mengungkapkan penghargaan, mereka cenderung menyimpulkan bahwa mereka dapat mencari hubungan atau persahabatan dengan orang tersebut, berdasarkan sebuah penelitian di Universitas Paus Selatan Baru.

Merasakan penghargaan dan pengakuan terhadap orang lain cenderung mendorong kedekatan emosional yang lebih besar dan mengurangi kesepian. Dan orang cenderung merasa lebih positif tentang diri mereka sendiri juga. Mereka juga cenderung merasa lebih baik tentang orang lain ketika mereka menerima ekspresi ini. Ini karena makna sosial positif yang dianggap orang sebagai rasa terima kasih.

Membudayakan Syukur: Berfokuslah pada apa yang Anda hargai dari orang lain, dan ini secara terbuka. Berusahalah untuk bersikap baik kepada rekan kerja. Sebutkan betapa berharganya kolega yang datang dengan ide kreatif khusus untuk memecahkan kebuntuan atau menawarkan untuk membuat catatan untuk rekan satu tim yang tidak dapat menghadiri rapat. Bicara tentang betapa Anda menghargai ketegasan pemimpin Anda atau tindak lanjut rekan kerja Anda. Jadikan ekspresi ini sebagai kebiasaan rutin dan Anda akan memperkuat perilaku tersebut kepada orang lain dan budaya.

#2 – Syukur Meningkatkan Kepuasan

Saat orang bekerja di lingkungan yang memiliki tingkat rasa syukur yang lebih tinggi, mereka juga cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaannya. Secara khusus, sebuah studi oleh Universitas Negeri Portland ditemukan ketika orang lebih banyak diberi ucapan terima kasih di tempat kerja, mereka melaporkan mengalami lebih sedikit sakit kepala, kualitas tidur yang lebih baik, dan kebiasaan makan yang lebih sehat. Mereka juga mengatakan mereka merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka.

Anda dapat menganggap rasa syukur di tempat kerja sebagai ekonomi emosional. Ketika orang merasa diakui dan diakui, mereka cenderung merasakan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi yang mendorong lebih banyak keterlibatan dan kemungkinan lebih besar untuk membalas. Ini mempengaruhi seluruh budaya.

Membudayakan Syukur: Tentu saja, pekerjaan jarang tanpa tekanan atau kesulitan. Salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan rasa syukur adalah dengan menyambut tantangan. Pembelajaran dan peregangan pengalaman berkorelasi positif dengan kebahagiaan, dan masalah adalah peluang bagus untuk dipelajari—tentang pelanggan, bisnis, pasar, dan kemampuan Anda sendiri. Saat Anda menghadapi masalah, temukan sesuatu untuk diapresiasi—bahkan jika itu adalah pelajaran tentang apa yang tidak boleh dilakukan atau bagaimana melakukan sesuatu secara berbeda di masa depan.

#3 – Syukur Mengurangi Ketidaksabaran

Stres sering dikaitkan dengan budaya hiruk pikuk dan penekanan berlebihan pada terburu-buru, tergesa-gesa, dan mengepak barang sebanyak mungkin dalam waktu yang terlalu singkat setiap minggu. Semua ini dapat memperburuk tantangan kesehatan mental. Tapi syukur bisa mengurangi ketidaksabaran dan meningkatkan rasa tenang dan kehadiran. Sebuah studi yang diterbitkan di Psikologi Sains ditemukan ketika orang memusatkan sikap menghargai, mereka lebih mampu menunjukkan kesabaran dan merasakan ketenangan.

Menanam Syukur: Hadir dapat memupuk rasa syukur. Dengarkan suara alam atau dengungan positif di kantor—atau perhatikan pemikiran atau kreativitas Anda sendiri. Pelan-pelan, tarik napas, dan perhatikan keadaan Anda—dan fokuslah pada apa yang berhasil.

Selain itu, kurangi ketidaksabaran dengan bersikap selektif tentang bagaimana Anda menghabiskan waktu. Jika Anda merasa terganggu karena tubuh Anda terlalu kurus, berdayakan diri Anda untuk mengatakan tidak dan berhati-hati tentang di mana dan dengan siapa Anda menghabiskan waktu.

Ingatkan diri Anda tentang semua yang Anda kontribusikan melalui pekerjaan Anda, bagaimana pekerjaan Anda penting dan betapa pentingnya Anda bagi tim Anda. Dan menikmati waktu di luar pekerjaan juga. Putuskan untuk menghargai semua momen—pekerjaan dan lainnya—yang membentuk kehidupan yang utuh.

#4 – Syukur Meningkatkan Kebahagiaan

Belajar di University of Montana ditemukan ketika orang mengungkapkan lebih banyak rasa terima kasih, mereka cenderung juga melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih besar. Ini secara signifikan didasarkan pada bagaimana sikap mempengaruhi hubungan manusia serta bagaimana hal itu mengatur suasana hari-hari manusia.

Membudayakan Syukur: Tetapkan rutinitas untuk menghormati yang positif. Misalnya, saat Anda bangun atau saat akan tidur, ceritakan tiga cara Anda bersyukur. Atau membuat jurnal. Penelitian di Kent State University ditemukan ketika Anda menulis elemen atau pengalaman positif, rutinitas tersebut cenderung menumbuhkan kebahagiaan dan kesejahteraan.

Dalam percobaan lain di University of Central Florida peserta studi menghabiskan dua minggu di mana mereka meluangkan beberapa menit sehari untuk mencatat hal-hal, orang, dan peristiwa yang merupakan bagian berharga dari hari mereka. Selama waktu itu, rekan kerja mereka melaporkan bahwa mereka lebih jarang melakukan perilaku kasar, bergosip, dan mengucilkan.

Alasan mengapa jurnal dan refleksi berhasil adalah karena membuat Anda melambat, berhenti sejenak, dan memperkuat pengalaman positif Anda—dan berkontribusi pada budaya yang cenderung lebih bersyukur.

#5 – Syukur Memperluas Cakrawala

Depresi sering ditandai dengan perasaan tertutup atau tertutup. Orang mungkin merasa terjebak dan terlalu menekankan perasaan negatif mereka sendiri, kehilangan perspektif yang lebih luas. Syukur cenderung memfokuskan orang secara lebih luas—memperluas sudut pandang kepada orang lain dan keadaan. Selain itu, ketika pikiran lebih penuh harapan, bahan kimia otak yang membuat perasaan senang seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin dilepaskan dalam jumlah yang lebih banyak.

Menanam Syukur: Berfokuslah pada apa yang Anda syukuri—bahkan hal-hal terkecil. Senyum rekan kerja atau pengemudi yang membiarkan Anda masuk ke lalu lintas selama perjalanan adalah hal yang wajar. Atau pertimbangkan tugas baru yang harus Anda selesaikan dan bagaimana hal itu akan memberikan kesempatan untuk mengenal rekan kerja di departemen lain. Renungkan masalah pelanggan yang Anda hadapi yang akan menuntut Anda untuk menjadi kreatif dan ulet. Semua ini bisa menjadi momen untuk berfokus pada optimisme tentang cara Anda melewati berbagai hal—memperluas sudut pandang Anda.

Emosi orang cenderung meluap ke orang lain, jadi pengaruh Anda lebih signifikan daripada yang mungkin Anda sadari. Saat Anda penuh harapan atau terlibat, Anda berkontribusi pada budaya yang juga menciptakan pengalaman positif bagi orang lain.

Kekuatan Syukur

Kekuatan rasa syukur itu besar dan kecil—kecil karena tidak perlu lebih dari sekadar keputusan untuk disengaja dan karena Anda bisa bersyukur untuk hal-hal kecil. Dan besar karena memiliki dampak yang begitu signifikan terhadap kesehatan mental—baik dalam pekerjaan maupun kehidupan Anda.


Bergabunglah dengan Percakapan: Dalam hal apa rasa syukur memengaruhi pengalaman kerja Anda? Silakan bagikan pemikiran Anda di bagian komentar artikel ini atau melalui postingan LinkedIn ini.

Sumber: https://www.forbes.com/sites/tracybrower/2023/03/02/enhance-mental-health-with-a-culture-of-gratitude/