Bagaimana realitas virtual dapat membantu sekolah dan perguruan tinggi

Mempelajari cara menggunakan realitas virtual di sekolah menghadirkan berbagai manfaat dibandingkan model tradisional, memungkinkan anak-anak untuk "mengunjungi" tempat-tempat dari masa lalu atau melakukan eksperimen berbahaya di lingkungan virtual yang aman.

Sementara Roblox dan judul serupa menghadirkan cara terkini untuk mendapatkan pengalaman belajar online virtual, game-game ini tidak memiliki apa yang dapat disediakan oleh metaverse dalam beberapa cara utama.

Pertama, lingkungan metaverse tidak terikat pada gaya grafis. Roblox, Minecraft, dan Fortnite semuanya memiliki aspek visual kartun, yang dapat mengalihkan perhatian dari pembelajaran dan mengingatkan siswa bahwa mereka sedang memainkan salah satu permainan favorit mereka.

Lingkungan metaverse, bagaimanapun, dapat dirancang agar terlihat cukup realistis. Tergantung pada metaverse pilihan mereka, pendidik akan memiliki kemampuan untuk merancang lingkungan yang benar-benar menakjubkan dan terikat untuk memikat siswa tua dan muda.

Ini belum lagi bahwa lingkungan metaverse dapat mereplikasi lokasi kehidupan nyata, membawa imersi ke tingkat yang sama sekali baru.

Selain imersi visual, dunia metaverse juga dapat menawarkan lebih banyak interaksi fisik. Headset dan pengontrol realitas virtual dirancang agar terasa alami dan dapat mereplikasi tangan dan jari saat siswa mengenakan perlengkapan.

Akibatnya, pendidik dapat merancang pengalaman belajar yang memanfaatkan gerakan tangan yang bernuansa, seperti mengajar siswa cara menulis atau menunjukkan bahasa isyarat kepada mereka. Begitu anak-anak keluar dari dunia maya dan kembali ke dunia nyata, mereka akan memiliki memori otot, dan menghidupkan kembali pengalaman yang mereka pelajari tidak akan terasa berbeda.

Lingkungan belajar metaverse juga dapat mempromosikan keamanan dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh pengajaran di dunia nyata. Di metaverse, pendidik akan memiliki kontrol penuh atas interaksi siswa dan dapat membatasi intimidasi atau memisahkan anak-anak untuk tujuan disiplin hanya dengan mengubah beberapa izin di ruang virtual. Dengan cara ini, anak-anak dapat fokus belajar daripada mengkhawatirkan pengganggu atau gangguan lainnya.

Lingkungan digital juga dapat mencegah skenario yang menghancurkan seperti penembakan di sekolah, karena anak-anak akan tersebar di rumah mereka daripada dikelompokkan dalam satu area.

Sumber: https://cointelegraph.com/explained/metaverse-for-education-how-virtual-reality-can-help-schools-and-colleges